Dibalik Kehidupan Kota

Andi Telaumbanua
Oleh: Vevin Arnita Telaumbanua

Hampir sebagian orang untuk hidup di kota menjadi dambaan dan impian hidup, bahkan yang lebih ekstrimnya ada sebagian orang yang menganggap kota sebagai tempat Hidup yang paling menjajikan kehidupan yang jauh lebih baik dan sejahtera. Hal ini terbukti dengan jumlah penduduk yang memilih urbanisasi ke kota hampir tiap tahun makin meningkat. Orang yang memilih tetap hidup dan tinggal di desa sangat sedikit jumlahnya. Mungkin bagi sebagian ini memiliki cara pandang (perspektif) yang lain terhadap nilai kehidupan.

Sekilas mata kota memang penuh dengan gemerlapan yang mampu menghipnotis setiap orang, cara hidup yang serba instan dan mobilitas yang tinggi menjadi pelengkap sempurna asumsi-asumsi mereka “bahwa kota adalah tempat hidup yang paling ideal “. Berbicara soal fakta dan realita yang ada, keadaan ini justru bertolak belakang. Siapa sangka kehidupan kota mendidik orang menjadi manusia yang memiliki jiwa individualisme yang sangat tinggi.

Kehidupan kota justru mendidik orang untuk hidup sendiri-sendiri dan lebih mementingkan kepentingan pribadi. Nilai-nilai kekeluargaan yang dapat kita rasakan di desa hampir tidak ada. Setiap orang sibuk dengan kesibukannya sendiri dalam upaya mempertahakan eksistensinya di tengah-tengah kehidupan kota yang semakin berkembang pesat.

Keadaan ini jelas sangat jauh berbeda dengan kehidupan di desa, kota hanya dipisahkan oleh dinding bisa saling tidak mengenal dan menyapa, dan masih banyak hal-hal yang sangat jauh berbeda dengan keadaan di desa yang nilai-nilai kekeluargaan masih sangat terasa dan mendominasi cara hidup setiap orang.

Melihat kenyataan ini hal yang justru kita khawatirkan adalah hubungan dengan sistem pemerintah kita. Kita ketahui kota merupakan pusat pemerintahan dan orang-orang yang ada di dalamnya di dominasi oleh orang kota yang telah tumbuh dan berkembang sebagai manusia yang terbiasa dengan paham hidup idividualisme yang tinggi.

Yang menjadi pertanyaan, bagaimana mungkin mereka-mereka ini mau peduli dengan nasip rakyat, sementara mereka terlahir dan bertumbuh sebagai manusia yang hanya mementingkan kepentingan pribadi (individualisme). Keadaan ini tidak menutup kemungkinan sebagi faktor utama orang melakukan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme) yang banyak merajalela akhir-akhir ini. Karena didalam diri mereka kepedulian terhadap sesama sama sekali tidak ada. Kenyataan yang kita hadapi ini mungkin salah satu dari sekian problema yang kita hadapi saat ini, yang perlu dipertanyakan ada apa dengan kehidupan kota?. Bukankah kita telah dipersatukan oleh ideologi bangsa yaitu “PANCASILA”.



(Penulis Mahasiswa Pendidikan Matematika, anggota komisariat GmnI FPMIPA IKIP Gunungsitoli-Nias)

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)